Hati ini terdiam. membisu. terbujur kaku.
karena aku tengah menunggumu yang belum berujung temu.
temu yang sangat aku damba, aku impikan.
aku tak perduli seberapa dalam rindu ini mengakar.
mencari sumber air, jauh diseberang.
akar ini kaku.
akar ini keras.
walau telah menyebarangi laut, akar ini tak mengambil air.
hanya mampu mengambil air dalam kediamanmu.
kala itu, akar telah mencapai lelahnya untuk mencari sumber air yang murni nan sejati. dia berhenti mamanjang dan mengakar dibawah suatu rumah tepi kota. rumah yang sederhana. tanpa menyadari akar itu mendapatkan apa yang tengah ia cari. Air. setetes air yang menghidupi. akar ini segar kembali. dan dedaun pohonnya yang tertanam diseberang laut darinya kembali mekar. hijau dan asri.
karena akar telah tahu itulah tempat yang ia cari. iapun menunggu tetesan bahkan guyuran air dari sumber yang sama dapat ia serap. dan waktupun berlalu, ia tak mendapatkan lagi apa yang ia cari. tetapi akar ini tahu balas budi. ia mengelilingi rumah sederhana dari kayu itu, 'tuk menghalangi banjir yang memasuki rumah tersebut. walaupun air banjir itu sangat banyak, akar ini tak mampu menyerap setetespun. karena air itu bukan air murni nan sejati.
bosanpun menghampiri, akar mau pergi dan kembali pada pohonnya. namun takdir berkata. "menunggulah, dan bersabar disitu. jangan kau pergi. air ini terbaik untukmu"
dan beberapa saat kemudian setetes airpun kembali menghidupinya. dan akhirnya hingga saat ini, ia bersaar menunggu.